Selasa, 24 Mei 2011

SUMMERHILL SCHOOL

I. Ringkasan Buku Summerhill School
Buku ini menceritakan kehidupan sekolah yang didirikan oleh Alexander Sutherland Neill pada tahun 1921 di Jerman dan kemudian pindah ke Inggris. Sekolah ini dinamakan Summerhill. Summerhill merupakan sekolah yang menerapkan kebebasan (freedom) dan prinsip swakelola (self-government) kepada anak didiknya. Sekolah yang mengajarkan sebuah cara hidup, hidup bersama orang lain dalam sebuah masyarakat dan mengekspresikan diri dengan segenap kecintaan kita pada kasih sayang, ilmu pengetahuan, dan karya. Summerhill school akan mengajarkan kepada kita untuk mengasuh anak agar menjadi generasi yang bebas, bertanggung jawab, dan menjadi diri sendiri. Alexander Sutherland Neill mempunyai visi bahwa pada dasarnya tidak ada anak yang jahat. Yang ada adalah para orangtua bermasalah, guru-guru bermasalah, dan sekolah-sekolah bermasalah yang semuanya melahirkan anak-anak bermasalah. Sehingga di sekolah Summerhill, Neill memberikan anak-anak iklim kebebasan sekaligus tanggung untuk mengatur diri mereka sendiri, asalkan tidak mengganggu orang lain. Guru hanya bertugas untuk mengawasi anak-anak dari sesuatu yang berbahaya. Disinilah anak-anak belajar untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan kesulitan-kesulitannya sendiri dalam kelompok sebaya.
Summerhill School dikenal luas pada 1930-an di Inggris. Selain menjadi kepala sekolah di Summerhill, Neill menjadi pembicara di setiap tempat dan dia berhasil menanamkan pengaruh yang mendalam bagi banyak guru serta orangtua. Hal tersebut yang membuat Summerhill luar biasa terkenal dan mempengaruhi pembuatan peraturan-perturan baru di sekolah. Summerhill tidak hanya menjadi tempat pendidikan, tetapi juga seperti surga bagi anak-anak. Mereka yang belajar disini tidak akan terkekang oleh pendidikan dan tidak akan merasa kehilangan masa-masa yang indah ketika mereka anak-anak kemudian memasuki usia remaja. Di sekolah ini sangat membebaskan muridnya. Prinsip swakelola bagi para siswa dan staf, bebas untuk bermain selama berhari-hari atau berminggu-minggu atau bertahun-tahun bila perlu, bebas dari indoktrinasi agama atau moral atau politik, bebas dari pembentukan karakter.
Summerhill sangat identik dengan dua kata yaitu anak-anak. Sebagian anak yang bersekolah di Summerhill berusia lima tahun dan sebagian lagi paling tua berumur dua belas tahun. Pada umumnya mereka tinggal di sekolah ini sampai umur enam belas tahun. Anak-anak dikelompokkan menurut usia mereka dengan satu orang wali asrama untuk setiap kelompok. Anak-anak yang berusia muda tidur di sebuah gedung, sedangkan asrama untuk anak-anak yang lebih tua berupa pondok-pondok. Mereka tidak diawasi dan tidak ditunggui. Mereka dibiarkan bebas begitu saja.
Ide pokok pendirian sekolah ini adalah “membuat sekolah ini cocok dengan anak-anak”, bukannya membuat anak-anak cocok dengan sekolah. Dengan gagasan yang demikian maka terbentuklah Summerhill School yang membebaskan muridnya melakukan apa saja menjadi diri mereka sendiri. Maka dari itu, di sekolah ini tidak ada yang namanya ketertiban, arahan, anjuran, pengajaran moral, dan semua pengajaran agama. Yang dibutuhkan di sekolah ini hanyalah sebuah keyakinan. Neill dan para staf sekolah sangat yakin bahwa anak-anak bukanlah makhluk yang jahat. Menurut Neill, masing-masing anak memiliki sifat bawaan bijaksana dan realistis. Selama diberi kebebasan dan dibiarkan begitu saja tanpa adanya pengaruh dari orang dewasa, anak akan berkembang dengan sendirinya sejauh kemampuannya.
Fasilitas di Sekolah Summerhill sangat lengkap, ada kolam renang, bengkel kerja, laboraturium, ruang kesenian, ruang teater, alat musik, perpustakaan, ladang dan sebagainya. Fasilitas ini bebas digunakan oleh para siswa Summerhill baik siswa Junior maupun Senior. Pendidikan di summerhill sangat sederhana tapi juga sangat menyenangkan. Pertama-tama, pelajaran-pelajarannya dipilih secara bebas oleh anak. Anak-anak boleh mengikuti pelajaran-pelajaran itu atau boleh tak mengikutinya selama dia suka. Jadwal pelajaran tetap ada, tapi itu hanya berlaku untuk guru. Kelas dibentuk berdasarkan usia dan bahkan minat. Tidak ada perbedaan berarti untuk penggunaan metode pengajaran khusus maupun biasa pada suatu mata pelajaran. Hanya anak-anak yang mempunyai minat saja yang akan mempelajarinya apapun metodenya.
Pada umumnya, jika anak-anak usia TK sekolah di Summerhill mereka akan rajin mengikuti pelajaran sejak awal kehadiran mereka disini. Berbeda dengan anak usia tua yang pindah ke sekolah ini. Mereka cenderung mangkir dari suatu pelajaran. Hal ini terjadi karena trauma yang ditanamkan sekolah mereka sebelumnya ke dalam diri mereka. Disini mereka hanya bermain-main an melakukan aktivitas sewajarnya, tetapi menghindari pelajaran. Perilaku mereka ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Akan tetapi, rata-rata masa penyembuhan dari kebencian terhadap pelajaran tak sampai tiga tahun.
Di Summerhill tidak ada ujian kelas. Test diadakan hanya untuk iseng belaka, seperti : “Di manakah : Madrid, Pulau Kamis, kemarin, cinta, demokrasi, kebencian, obeng saku saya?” (sehingga tak perlu ada jawabannya).
Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu tidak serius, akan tetapi membuat anak-anak senang. Jika anak yang baru pindah ke sekolah ini mungkin akan bingung dengan test yang demikian, karena mereka terbiasa dihadapkan situasi serius. Pengajaran macam ini berlangsung diseluruh kelas, sehingga ketika guru tidak dapat masuk kelas untuk mengajr hari itu, anak-anak akan kecewa.
Neil dan para staf Summerhill School sangat membenci segala macam ujian karena bagi mereka, ujian masuk universitas itu hukumnya haram. Namun, Neil tidak bisa mengelak untuk tidak mengajarkan pelajaran-pelajaran yang akan diujikan itu. Maka, selama ujian tersebut tetap diadakan, ujian tersebut menjadi acuan bagi Summerhill School. Bagi siswa yang ingin mengambil ujian masuk universitas, para staf Summerhill akan mengajarkan pelajaran-pelajaran tersebut. Para siswa yang berumur 13 tahun mulai serius untuk mempelajari materinya selama tiga tahun.
Tidak ada perbedaan antara staf dan anak-anak. Anak-anak dapat memanggil guru mereka hanya dengan sebutan nama depannya saja tanpa “pak” ataupun “bu”. Staf dan anak-anak mengambil sarapan yang sama pukul 08.15-08.45 dari sebuah palka di sebelah pintu dapur, terus menuju ruang makan. Ketika jam pelajaran akan dimulai pada pukul 09:30 anak-anak harus mengambil keputusan untuk mengikutinya atau tidak. Setelah pelajaran berakhir mereka bebas melakukan apapun yang mereka suka, seperti berkebun, melukis, bertukang, dan sebagainya. Karena tidak adanya gap diantara guru dengan murid maka terbentuklah anak-anak yang tak kenal rasa takut. Anak-anak yang demikian akan lebih mudah berkomunikasi dengan orang yang belum mereka kenal.
Tugas anak adalah melakoni hidup dengan kehidupannya sendiri, bukan kehidupan yang, menurut orangtuanya yang cemas, mesti dia jalani, bukan pula kehidupan yang sesuai dengan tujuan ahli pendidikan yang merasa tahu apa yang terbaik bagi anak. Semua campur tangan dan petunjuk orang dewasa ini hanya menghasilkan generasi robot.
Summerhill merupakan sekolah swakelola, sekolah yang demokratis. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan bersama maupun kelompok diputuskan melalui voting yang digelar dalam Rapat Umum pada malam minggu. Setiap orang memiliki satu hak suara, berapapun usianya. Bahkan hak suara yang dimiliki oleh Neill sama dengan hak suara murid usia tujuh tahun. Orang yang mendengarkan ini mungkin tidak akan percaya. Namun dalam beberapa kasus, Neill pernah kalah pendapatnya oleh suara mayoritas. Praktik swakelola Summerhill tak kenal birokrasi. Setiap Rapat Umum dipimpin oleh satu orang secara bergiliran, dan jabatan sekretaris ditawarkan secara sukarela.
Warga Summerhill sangat mengutamakan demokrasi dan mereka mematuhi segala keputusannya. Semua orang mendapatkan hak dan kewajibannya, tidak pandang berapa usianya. Tidak semua urusan sekolah dijalankan dengan prinsip swakelola, sebab kebebasan itu ada batasannya. Misalkan untuk perihal staf baru yang diangkat maupun yang diberhentikan, menu masakan yang akan dimakan setiap harinya, buku teks yang digunakan, peralatan sekolah, dan sebagainya.
Praktik swakelola bagi anak-anak berlaku untuk kehidupan komunal mereka; mereka dapat mengatakan apa yang ingin mereka katakan, mengajukan usul dalam rapat, dan mereka tak perlu menunggu usul staf sekolah terlebih dahulu. Dalam praktik swakelola, para staf sekolah tak boleh memberi pengarahan; mereka harus menempatkan diri di luar praktik itu. Ketika seoarang anak didakwa telah melanggar peraturan, Neill tak pernah membolehkan staf melakukan pungutan suara untuk menjatuhkan denda atau tidak. Setiap kali akan Rapat Umum, dipilihlah seorang pemimpin rapat yang bertugas hanya untuk sekali rapat. Pada akhir pekan, diselenggarakan Pengadilan Umum, komunitas akan memilih pemimpin rapat berikutnya, dan begitu seterusnya. Siapapun boleh mengutarakan keluhan, tuduhan, atau saran, atau mengusulkan peraturan baru. Fungsi praktik swakelola Summerhill bukan sekadar untuk merumuskan peraturan-peraturan, melainkan juga untuk membicarakan aspek-aspek sosial komunitas.
Meskipun hasil Rapat Umum diterima oleh terdakwa, namun mereka tidak pernah memperlihatkan tanda-tanda sikap membangkang atau membenci kepada pemegang otoritas komunitas. Jika terdakwa tidak terima atas putusan Rapat Umum, si terdakwa bisa naik banding., yakni pemimpin rapat membicarakan lagi kasusnya di penghujung rapat. Pengadilan banding ini akan membahas kasusnya lebih saksama. Anak-anak disini sadar bahwa jika terdakwa merasa dijatuhi hukuman yang tidak adil, babak berikutnya meprupakan kesempatan yang bagus untuk menyidang terdakwa secara benar-benar adil.
Pada dasarnya Summerhill lebih mengutamakan kebebasan anak. Karena setiap anak yang lahir memiliki potensi yang berbeda-beda. Masa anak-anak adalah masa aktif yang secara tidak langsung ikut menyumbangkan pembentukan karakternya dimasa mendatang. Neill percaya bahwa kebebasan pada anak-anak akan menciptakan kepribadian yang jujur, tangguh, dan percaya diri. Sebab anak-anak itu tidak pernah merasa kehilangan masa kanak-kanak mereka dan mereka tahu bahwa semua orang memiliki hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan.
Di summerhill, pacaran tidak dianjurkan tetapi juga tidak diharamkan. Akan tetapi, Neil melarang anak-anak untuk berhubungan seks sebelum mereka menikah karena meski Summerhill School merupakan sekolah yang mengutamakan kebebasan akan tetapi Summerhill Scholl bukan merupakan sekolah dengan peradaban yang bebas. Menurut pandangan Neil seks itu bukan dosa, tidak jelek dan tidak kotor, karena itu Neil tidak memandang seks dari sisi moral.
Mekipun Summerhill School merupakan sekolah menerapkan kebebasan dan prinsip swakelola kepada anak didiknya, akan tetapi Summerhill School telah meluluskan banyak alumni yang sukses secara psikologis, ekonomis, akademis, sosiokultural, politis. Mereka menjadi insinyur, dokter, dosen, pemusik, pengusaha, mekanis, koki, dan segala macam profesi yang berpikiran maju dan terbuka, jujur, tekun, optimis dan bahagia. Summerhill School telah dan terus melahirkan insan-insan yang berjuang membangun peradaban dunia yang lebih manusiawi dan damai.

II. Kelebihan dan Kekurangan buku Summerhill School
A. Kelebihannya:
1. Dari segi penulisan, buku Summerhill school mudah dipahami baik dari kalimat maupun bahasa yang digunakan.
2. Dari segi isi, buku Summerhill school menyadarkan kita sebagai pembaca untuk berfikir ulang tentang pendekatan yang selama ini kita terapkan dalam mengasuh anak dan akan diterapkan sebagai seorang pendidik agar anak didik yang akan kita ajar tidak tertekan dan putus asa.
3. Buku Summerhill school mengajarkan kita cara yang paling tepat untuk menghapus semua kebencian, semua peperangan yang bersumber dari ketidakbahagiaan.
4. Buku Summerhill school ini menyadarkan kita sebagai pembaca bahwa mempelajari dan mengetahui secara pasti standar-standar pendidikan memang mutlak diperlukan, akan tetapi menerapkan standar-standar tersebut dengan cara yang berbeda, yang lebih menyentuh sisi personal dari setiap peserta didik itu yang paling penting.
5. Kelebihan Summerhill school adalah bahwa anak-anak di sini bebas dan sehat karena kehidupan mereka tidak terkotori oleh rasa takut dan benci. Berbeda sekali dengan sekolah yang pada umumnya hanya menyuruh anak-anak untuk tertib mengikuti pelajaran. Padahal anak-anak dimasa usia sekolah adalah anak-anak yang aktif, tetapi mereka terikat oleh suatu peraturan yang mengakibatkan daya kreatifitasnya mati.
6. Summerhill school ini mengajarkan kita tentang demokrasi yang sebenarnya meski hanya dilakukan di Sekolah.

B. Kekurangan:
1. Pendekatan yang ada di buku Summerhill school ini tidak dapat diterapkan di Indonesia karena di Indonesia sudah ada ketentuan-ketentuan yang telah berlaku sejak dahulu dan sulit untuk dirubah terutama Ujian Nasional yang menjadi momok (inti) kelulusan seorang anak yang berjuang selama bertahun-tahun dalam dunia pendidikan yang terkekang.
2. Dalam buku Summerhill school ini ada inti kalimat yang menyatakan “Anak-anak dapat memanggil guru mereka hanya dengan sebutan nama depannya saja tanpa “pak” ataupun “bu”.” Hal ini sangat bertentangan dengan budaya Indonesia yang sangat menjunjung sopan santun “orang yang lebih muda menghormati orang yang lebih tua” terutama bagi masyarakat Jawa. Jika seorang anak memanggil guru tanpa sebutan “pak” ataupun “bu” berarti anak tersebut tidak menghormati guru mereka dan bagi guru di Indonesia nilai sopan santun mereka kurang.
3. Summerhill school merupakan tempat yang dapat menyembuhkan ketidakbahagiaan dengan cara membebaskan anak didik Summerhill school sebebas-bebasnya asalkan tidak mengganggu orang lain, sehingga meski ada anak didik Summerhill school dibawah umur yang merokok di dalam lingkungan Summerhill school, atau berkata kasar (jorok) tidak akan mendapatkan hukuman.
4. Suara Kepala Sekolah sama dengan suara anak umur tujuh tahun dan suara mayoritas menentukan segalanya dalam rapat umum mingguan di Summerhill school meskipun bahasan atau masalah yang diadukan pada rapat mingguan di Summerhill school penting untuk mereka akan tetapi jika suara matoritas tidak memihak pada si pengusul masalah meskipun dia seorang Kepala Sekolah maka masalah itu akan selesai sesuai dengan suara mayoritas, contoh masalah merokok untuk usia dibawah umur dan suara mayoritas menyatakan tidak setuju jika rokok untuk usia dibawah umur dilarang maka masalah merokok dibawah umur selesai dengan tidak ada larangan bagi anak yang usianya dibawah umur untuk merokok padahal merokok dibawah umur berdampak pada kesehatan mereka suatu hari nanti.
5. Kebebasan dalam Summerhill school yang paling terlihat adalah jika seorang anak yang tidak mau mengikuti pelajaran dan hanya ingin bermain-main maka anak tersebut akan terus bermain berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sehingga anak tersebut akan tertinggal dari anak yang lain dalam hal pendidikan, meskipun dalam buku Summerhill school menyebutkan maksimal seorang anak didik di Summerhill school bermain-main tanpa peduli dengan pendidikan yaitu tiga tahun.

III. Nilai yang Terkandung dalam Buku Summerhill School
Nilai yang terkandung dalam buku Summerhill school yaitu sebagai berikut:
1. Buku Summerhill school mengajarkan kita sebagai pembaca untuk mengetahui cara yang dapat menyembuhkan ketidakbahagiaan anak-anak sehingga semua kejahatan, kebencian dan peperangan yang bersumber dari ketidakbahagiaan dapat dihapus dari memori anak.
2. Buku Summerhill school ini mengajarkan kita tentang demokrasi yang sebenarnya meski hanya dilakukan pada ruang lingkup yang kecil yaitu di Sekolah.
3. Buku Summerhill school mengajarkan kita cara agar anak dapat berpikir maju dan terbuka, bertanggung jawab, jujur, tekun, optimis dan bahagia. Sehingga anak dapat meraih cita-cita sesuai dengan keinginan, kemampuan dan potensi yang anak miliki.
4. Buku Summerhill school menyadarkan kita sebagai pembaca bahwa mempelajari dan mengetahui secara pasti standar-standar pendidikan memang mutlak diperlukan, akan tetapi menerapkan standar-standar tersebut dengan cara yang berbeda, yang lebih menyentuh sisi personal dari setiap peserta didik itu yang paling penting.
5. Buku Summerhill school ini menyadakan kita untuk mengkaji ulang pendekatan yang selama ini kita terapkan pada pendidikan, apakah kita selaku pendidik sudah melakukan pendekatan yang sesuai atau belum.
6. Buku Summerhill school mengajarkan kita tentang membebaskan anak dalam batasan yang wajar agar mereka dapat mengembangkan kreatifitas dan potensi yang mereka miliki dan jangan terlalu mengekang mereka karena hal ini dapat membuat anak stress dan bahkan dapat meningkatkan jumlah kematian menjadi bertambah karena bunuh diri.
7. Summerhill school mengajarkan tentang kebebasan akan tetapi tidak membebaskan para anak didiknya untuk melakukan seks diluar nikah, bukan karena moral akan tetapi Summerhill school tidak mengajarkan peradaban yang bebas dan masa depan yang akan dipikul oleh anak didiknya kelak. Baik buruk masa depan akan dipikul oleh anak didik itu sendiri, akan tetapi Summerhill school hanya meminimalisasikan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada anak didiknya terutama hamil diluar nikah.

IV. Hubungan Buku Summerhill school dengan Sosiologi/Antropologi Pendidikan
Buku Summerhill school ini mengajarkan kita untuk dapat membuat anak bersosialisasi dengan sesama baik sesama teman (umur, agama, budaya dan status derajat) maupun dengan yang lebih muda. Tidak ada perbedaan, tidak ada penindasan yang tua terhadap yang lebih muda, dan yang paling penting yaitu tidak ada gap antara yang satu dengan yang lain terutama guru dengan anak didiknya.